Rabu, 29 Oktober 2014

OPM Tunjukan Jati Dirinya Sebagai Perusak Kedamaian di Tanah Papua


Tidak sengaja berselancar di internet mengenai berita Papua, penulis temukan berita berjudul “OPM Ancam Perang jika Polisi Tak Bebaskan Rambo” pada situs berita http://www.tempo.co/.

Berita tersebut, terkait keberhasilan aparat TNI Polri wilayah Lanny Jaya, yang berhasil menangkap 2 pentolan tangguh OPM (Organisasi Papua Merdeka) beserta 5 anak buahnya, yang selama ini melakukan banyak kekacauan dan tindakan kriminal di Papua, khususnya daerah Wamena.

Pada hari Minggu, 26 Oktober 2014, sekitar pukul 13.00 WIT, di Hotel Boulevard Jalan Patimura, Wamena-Kabupaten Jayawijaya, kepolisian berhasil menangkap Rambo Wenda (27 tahun) dan Derius Wonda alias Rambo Tolikara (34 tahun). Kedua orang tersebut merupakan pentolan tangguh, sehingga mereka mendapatkan julukan “Rambo”.
Terkait hal tersebut, ternyata segera disambut dengan reaksi kegeraman dari Puron Wenda, sebagai panglima atau pimpinan dua rambo yang berhasil ditangkap tersebut. Dalam situs berita tempo, tertulis pernyataan Puron Wenda yang mengatakan, “Kami minta polisi segera melepaskan rekan kami Rambo Wenda. Kami beri waktu dua hari, bila tidak, maka kami bersama seluruh rakyat Papua nyatakan perang dan akan menjadikan seluruh warga non-Papua yang ada di Papua sebagai target,”.

Dengan pernyataan yang disampaikan oleh salah satu pimpinan OPM tersebut, ia telah menunjukkan jati dirinya sebagai ancaman kedamaian yang ada di bumi Papua. Pernyataan tersebut, secara tanpa disadari olehnya, telah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Dia secara tidak langsung telah mengakui secara resmi bahwa pada hakikatnya dia dan kelompoknya(OPM), memanglah sebagai sebagai pengacau, sebagai ancaman kedamaian di Papua, sebagaimana terbukti dalam tindakan-tindakan kriminal yang selama ini mereka lakukan. Namun mirisnya, dalam pernyataan tersebut, ia mengatakan seolah dia menyampaikan sebagai perwakilan aspirasi seluruh warga pribumi Papua, sebagaimana yang dikatakannya “kami bersama seluruh rakyat Papua”. Padahal, pada kenyataanya, apa yang disampaikannya sangatlah jauh dari kenyataan, warga Papua justru merasakan resah dan gerah terhadap tindakan-tindakan mereka selama ini, yang bukan membangun Papua, malah menjadi pengacau kedamaian di papua.

Dengan demikian, sudah selayaknya kita hadapi mereka bersama secara cerdas. Apabila mereka masih bisa diajak secara baik-baik dan meluruskan pemahamannya, marilah kita ajak mereka untuk segera sadar dan kembali ke jalan yang benar. Bila tidak demikian, maka mari kita berusaha menangkal mereka dengan segera melaporkan kepada pihak berwajib bila ditemukan indikasi tentang keberadaan mereka.

Mari kita jaga kedamaian di tanah Papua. Say No To OPM. (Baim Wanggay)

Senin, 20 Oktober 2014

Berita Baik, 1 Mantan OPM Telah Kembali Bermasyarakat



Satu berita baik, kini kembali terdengar. Puji Tuhan, Yelules salah satu mantan OPM (Organisasi Papua Merdeka) di wilayah Tinggi Nambut Puncak Jaya, telah kembali berbaur dengan masyarakat lainnya dengan penuh kesadaran.

Dalam kesaksiannya, pengalamannya selama ikut tergabung dalam OPM, hanya kesusahan dan kesengsaraan yang ia didapatkan. Semua yang dijanjikan oleh pemimpinnya dalam persembunyiannya di gunung, hanyalah ilusi semata.
“Kami masyarakat kecil ini, dibuat terus sampai menderita. Makanya, saya tidak mau menderita lagi, makanya saya naik lagi, potong bendera bintang kejora ke atas, baru saya bakar” ujar Yelules saat diwawancarai.


Dengan kembalinya Yelules, pemerintahan, TNI, Polri maupun masyarakat menyambutnya dengan baik dan gembira. Bahkan, semuanya berharap, agar semua teman-temannya yang masih berada di gunung untuk segera sadar. Semuanya berharap, agar semua yang masih berada di gunung, untuk segera turun, untuk sama-sama membangun Papua, bukan malah menghambat pembangunan Papua. (Baim Wanggay)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Blogger Themes | LunarPages Coupon Code