Rabu, 07 Januari 2015

Sambut 2015, Hilangkan Pemikiran Destruktif dan Primitif di Papua !!!


Ah, tidak terasa. Satu minggu sudah kita hidup dalam suasana baru di tahun 2015 ini. Hujan cahaya petasan yang menghiasi langit di malam tahun baru seminggu silam, mungkin masih terasa hangat dalam benak kita. Suasana riang, suka, ria dan gembirapun tentu meliputi perasaan kita dengan datangnya 2015 ini.
Hanya saja permasalahannya, sejauh manakah perubahan yang kita rasakan dengan datangnya tahun baru yang konon katanya identik sebagai momen “pembawa harapan baru” itu???
Dalam menjawab pertanyaan di atas, perlu sikap bijak yang harus kita lakukan dan kedepankan. Kita perlu menyadari dan memahami bahwa, perubahan itu pada dasarnya bersifat disambut dan dijemput, bukan hanya untuk diharapkan dan ditunggu saja. Kita bukanlah raja dalam negeri ini, yang tinggal duduk manis dan menunggu perubahan itu, namun justru kita adalah salah satu bagian daripada penentu perubahan itu.
Tidak ada pemerintah, tidak ada rakyat. Tidak ada Presiden, tidak ada tukang becak. Tidak ada guru, tidak ada petani. Pada dasarnya, semua mempunyai tugas yang sama di hadapan negeri ini. Semua mempunyai tugas yang sama untuk memajukan negeri ini, bekerja sama dan bersinergi satu sama lain, memberikan andil untuk senantiasa membawa perubahan kepada arah yang jauh lebih baik.
Memang, dalam kesamaannya tugas tersebut, tentu saja bentuk tugasnya pasti berbeda-beda. Kita sebagai warga negeri ini, tidak mungkin semuanya menjadi presiden, atau semuanya menjadi rakyat, atau semuanya menjadi guru. Di hadapan negeri ini, kita mempunyai andil yang sama, dengan posisi yang berbeda-beda. Kita saling melengkapi satu sama lain, menjadi bagian penyempurna dari penentu perubahan itu.
Presiden tidak akan mampu berbuat apa-apa, tanpa dukungan kita sebagai rakyatnya. Begitupun dengan kita sebagai rakyat, tentu tidak akan mampu maju bersinergis satu sama lain, tanpa dengan adanya presiden sebagai sosok pemimpin. Dengan demikian, sudah seyogiyanya perlu kita pahami bahwa, apapun posisi kita dalam negeri ini, baik sebagai petani ataupun sebagai guru, baik sebagai supir angkot ataupun sebagai menteri, janganlah pernah kita anggap remeh tugas kita itu. Sekecil apapun tugas kita itu, tentu ia memilki peran yang sangat penting sebagai pelengkap kesempurnaan negeri ini. Dengan kalimat yang lebih jelas, negeri ini tidak akan sempurna dengan tanpa adanya keberadaan kita di dalamnya
Hanya saja permasalahannya, setelah kita sadari bahwa kita semua memiliki peran yang sangat penting itu di dalam negeri ini, maukah kita memberikan andil kita itu untuk bersama-sama melakukan tindakan dalam membawa perubahan negeri ke arah yang jauh lebih baik? Ataukah justru kita memilih bersikap diam dan apatis? Atau yang lebih parah lagi, apakah kita justru malah memilih menjadi penghambat perubahan negeri ini?
Jawabannya, cukuplah kita jawab dalam benak kita masing-masing. Apakah kita mau menjadi pejuang, penonton ataupun penghambat perubahan itu. Marilah kita renungkan baik-baik, mari kita tentukan sikap kita sebagai seorang ksatria dalam negeri ini.
“Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu, namun tanyakan apa yang telah kau sumbangkan kepada bangsamu”.

Perubahan Urgen untuk Papua di Tahun 2015.
Berbicara masalah perubahan, lebih khusus untuk Papua, tentu akan banyak sekali. Baik perubahan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, infrastuktur dan bangunan, ataupun perubahan-perubahan dalam bentuk yang lainnya. Dengan demikian, dengan banyaknya hal perubahan yang harus dilakukan, tentu untuk membicarakannya tidak akan mampu diungkapkan dalam ruang sempit tulisan ini. Kaitannya dengan hal tersebut, maka dalam tulisan ini, penulis hanya akan mencukupkan memberikan sedikit  pemikiran akan perubahan penting, yang bersifat urgen dan harus segera dilakukan di Papua.
Secara global, perubahan yang terpenting yang penulis maksud adalah perubahan “pemikiran” atau perubahan “cara berfikir”. Tentu saja, perubahan pemikiran atau cara berfikir yang penulis maksud di sini, hanya untuk pemikiran-pemikiran yang tidak baik, tidak produktif atau yang masih bersifat desktruktif dan primitif. Sedangkan pemikiran-pemikiran yang sudah baik dan konstruktif, justru harus senantiasa dipertahankan dan bahkan harus terus dilestarikan.
Secara global pula, perubahan pemikiran atau perubahan cara berfikir yang harus dilakukan untuk Papua ini, secara garis besar penulis klasifikasikan ke dalam dua bentuk jenis perubahan pemikiran. Pertama, perubahan pemikiran secara umum. Kedua, perubahan pemikiran secara khusus untuk hal yang bersifat urgen.

- Perubahan Pemikiran Secara Umum untuk Papua.
Perubahan pemikiran secara umum yang harus dilakukan dalam hal ini, maksudnya adalah perubahan pemikiran untuk hal-hal yang bersifat kecil dan remeh. Namun demikian, bila perubahan pemikiran ini berhasil dilakukan, maka penulis yakin bahwa hal ini akan memberikan dampak positif yang sangat besar. Perubahan pemikiran yang bersifat remeh dan kecil tersebut, yakni berkaitan dengan perubahan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya dan kebiasaan hidup di Papua. Dalam perubahan ini, perlu adanya perubahan pemikiran dari gaya dan kebiasaan hidup yang tidak baik menjadi gaya dan kebiasaan hidup yang baik.
Perubahan pemikiran dalam hal gaya dan kebiasaan hidup ini, misalnya yakni seperti gaya dan kebiasaan hidup mabuk-mabukan, malas bekerja, malas belajar dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, misalnya dalam hal gaya dan kebiasaan hidup mabuk-mabukan. Sebenarnya, pemerintahan ataupun pemuka-pemuka agama sudah menyampaikan bahwa kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang tidak baik bahkan dilarang agama. Namun demikian, pada kenyataannya tetap saja sebagian masyarakat masih saja senang melakukannya. Secara pemikiran jernih, jangankan kita, merekapun pasti mengerti bahwa mabuk-mabukan itu bukanlah hal yang baik. Namun sayangnya, pemikiran tersebut telah tertutupi oleh ego dan nafsu mereka, sehingga mereka berfikir bahwa dengan mabuk-mabukan mereka akan mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan. Padahal, kalaupun memang rasanya nyaman mereka rasakan, tapi sebenarnya kenyamanan tersebut hanyalah kenyamanan yang bersifat ilusi semata, yang justru akan memberikan ketidaknyamanan yang nyata setelahnya. Kondisi kesehatan mereka akan menjadi tidak baik, psikologis kejiwaan mereka terganggu, dan lain sebagainya. Begitupun dengan kebiasaan malas-malasan, baik malas bekerja ataupun malas belajar. Mereka terjebak dalam pemikiran-pemikiran yang salah, pemikiran-pemikiran yang hanya mengejar kenyamanan ilusi dan memperturutkan ego dan nafsu semata.
Dengan demikian, sudah seyogianya kesalahan-kesalahan pemikiran tersebut, harus segera dirubah ke arah pemikiran yang baik dan semestinya.

- Perubahan Pemikiran secara Khusus untuk Hal yang Bersifat Urgen.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa warga Papua yang masih menginginkan disintegrasi Papua dari Indonesia, hingga kini masih ada walaupun hanya dalam bentuk segolongan kecil saja. Namun demikian, tentu saja pemikiran tersebut tidak bisa kita acuhkan begitu saja, karena pemikiran tersebut bisa saja jadi benalu yang bisa merambah dan menjalar bila dibiarkan. Pada dasarnya, bagi penulis pemikiran mereka ini, merupakan pemikiran yang bersifat primitif yang sudah selayaknya dibuang jauh-jauh dalam perkembangan Papua hari ini. Pemikiran mereka hanyalah pemikiran primitif, sisa-sisa dari pemikiran yang sengaja dicuatkan oleh Belanda sebagai pembuat negara boneka dahulu kala.
Bagaimana pemikiran mereka ini tidak dikatakan primitif, tidakkah mereka berfikir bahwa menjaga keamanan Papua bersama-sama adalah lebih baik daripada melakukan peneroran dan penembakan terhadap pihak-pihak yang tidak berdosa ?
Bagaimana pemikiran mereka ini tidak dikatakan priminitif, tidakkah mereka berfikir bahwa membangun Papua adalah lebih baik daripada membakar honai-honai warga ?
Bagaimana pemikiran mereka ini tidak dikatakan primitif, tidakkah mereka berfikir bahwa hidup di kampung dan di kota bersama-sama dengan warga lainnya adalah lebih baik daripada mengisolasi diri di dalam hutan dan gunung ?
Ah, namun demikian mereka tetaplah saudara kita yang hanya saja masih mempertahankan pemikiran destruktif dan primitif. Dengan demikian, sudah selayaknya kita semua sebagai orang yang sadar dan mampu berfikir secara jernih, membantu merubah kesalahan pemikiran mereka itu, yang bagi penulis sangat urgen untuk kita lakukan saat ini.

Mengakhiri tulisan ini, penulis mengajak kepada diri pribadi dan kepada para pembaca yang budiman, marilah kita sama-sama ciptakan perubahan Papua kepada arah yang lebih baik, kepada pemikiran destruktif menjadi kostruktif, merubah pemikiran primitif  menjadi moderat. Mari kita lakukan perubahan untuk Papua yang sebaik-baiknya di tahun 2015 ini !!!


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Blogger Themes | LunarPages Coupon Code