Ah,
tidak terasa. Satu minggu sudah kita hidup dalam suasana baru di tahun 2015
ini. Hujan cahaya petasan yang menghiasi langit di malam tahun baru seminggu
silam, mungkin masih terasa hangat dalam benak kita. Suasana riang, suka, ria
dan gembirapun tentu meliputi perasaan kita dengan datangnya 2015 ini.
Hanya
saja permasalahannya, sejauh manakah perubahan yang kita rasakan dengan
datangnya tahun baru yang konon katanya identik sebagai momen “pembawa harapan baru” itu???
Dalam
menjawab pertanyaan di atas, perlu sikap bijak yang harus kita lakukan dan kedepankan.
Kita perlu menyadari dan memahami bahwa, perubahan itu pada dasarnya bersifat
disambut dan dijemput, bukan hanya untuk diharapkan dan ditunggu saja. Kita
bukanlah raja dalam negeri ini, yang tinggal duduk manis dan menunggu perubahan
itu, namun justru kita adalah salah satu bagian daripada penentu perubahan itu.
Tidak
ada pemerintah, tidak ada rakyat. Tidak ada Presiden, tidak ada tukang becak.
Tidak ada guru, tidak ada petani. Pada dasarnya, semua mempunyai tugas yang
sama di hadapan negeri ini. Semua mempunyai tugas yang sama untuk memajukan
negeri ini, bekerja sama dan bersinergi satu sama lain, memberikan andil untuk
senantiasa membawa perubahan kepada arah yang jauh lebih baik.
Memang,
dalam kesamaannya tugas tersebut, tentu saja bentuk tugasnya pasti
berbeda-beda. Kita sebagai warga negeri ini, tidak mungkin semuanya menjadi
presiden, atau semuanya menjadi rakyat, atau semuanya menjadi guru. Di hadapan
negeri ini, kita mempunyai andil yang sama, dengan posisi yang berbeda-beda.
Kita saling melengkapi satu sama lain, menjadi bagian penyempurna dari penentu
perubahan itu.
Presiden
tidak akan mampu berbuat apa-apa, tanpa dukungan kita sebagai rakyatnya.
Begitupun dengan kita sebagai rakyat, tentu tidak akan mampu maju bersinergis satu
sama lain, tanpa dengan adanya presiden sebagai sosok pemimpin. Dengan
demikian, sudah seyogiyanya perlu kita pahami bahwa, apapun posisi kita dalam
negeri ini, baik sebagai petani ataupun sebagai guru, baik sebagai supir angkot
ataupun sebagai menteri, janganlah pernah kita anggap remeh tugas kita itu.
Sekecil apapun tugas kita itu, tentu ia memilki peran yang sangat penting
sebagai pelengkap kesempurnaan negeri ini. Dengan kalimat yang lebih jelas,
negeri ini tidak akan sempurna dengan tanpa adanya keberadaan kita di dalamnya
Hanya
saja permasalahannya, setelah kita sadari bahwa kita semua memiliki peran yang
sangat penting itu di dalam negeri ini, maukah kita memberikan andil kita itu
untuk bersama-sama melakukan tindakan dalam membawa perubahan negeri ke arah
yang jauh lebih baik? Ataukah justru kita memilih bersikap diam dan apatis?
Atau yang lebih parah lagi, apakah kita justru malah memilih menjadi penghambat
perubahan negeri ini?
Jawabannya,
cukuplah kita jawab dalam benak kita masing-masing. Apakah kita mau menjadi
pejuang, penonton ataupun penghambat perubahan itu. Marilah kita renungkan baik-baik,
mari kita tentukan sikap kita sebagai seorang ksatria dalam negeri ini.
“Jangan tanyakan apa yang telah negara
berikan kepadamu, namun tanyakan apa yang telah kau sumbangkan kepada bangsamu”.
Perubahan Urgen untuk Papua di Tahun
2015.
Berbicara
masalah perubahan, lebih khusus untuk Papua, tentu akan banyak sekali. Baik
perubahan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, infrastuktur dan bangunan,
ataupun perubahan-perubahan dalam bentuk yang lainnya. Dengan demikian, dengan
banyaknya hal perubahan yang harus dilakukan, tentu untuk membicarakannya tidak
akan mampu diungkapkan dalam ruang sempit tulisan ini. Kaitannya dengan hal
tersebut, maka dalam tulisan ini, penulis hanya akan mencukupkan memberikan
sedikit pemikiran akan perubahan penting,
yang bersifat urgen dan harus segera dilakukan di Papua.
Secara
global, perubahan yang terpenting yang penulis maksud adalah perubahan
“pemikiran” atau perubahan “cara berfikir”. Tentu saja, perubahan pemikiran
atau cara berfikir yang penulis maksud di sini, hanya untuk pemikiran-pemikiran
yang tidak baik, tidak produktif atau yang masih bersifat desktruktif dan primitif.
Sedangkan pemikiran-pemikiran yang sudah baik dan konstruktif, justru harus
senantiasa dipertahankan dan bahkan harus terus dilestarikan.
Secara
global pula, perubahan pemikiran atau perubahan cara berfikir yang harus
dilakukan untuk Papua ini, secara garis besar penulis klasifikasikan ke dalam
dua bentuk jenis perubahan pemikiran. Pertama,
perubahan pemikiran secara umum. Kedua,
perubahan pemikiran secara khusus untuk hal yang bersifat urgen.
- Perubahan
Pemikiran Secara Umum untuk Papua.
Perubahan
pemikiran secara umum yang harus dilakukan dalam hal ini, maksudnya adalah
perubahan pemikiran untuk hal-hal yang bersifat kecil dan remeh. Namun
demikian, bila perubahan pemikiran ini berhasil dilakukan, maka penulis yakin
bahwa hal ini akan memberikan dampak positif yang sangat besar. Perubahan
pemikiran yang bersifat remeh dan kecil tersebut, yakni berkaitan dengan
perubahan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya dan
kebiasaan hidup di Papua. Dalam perubahan ini, perlu adanya perubahan pemikiran
dari gaya dan kebiasaan hidup yang tidak baik menjadi gaya dan kebiasaan hidup
yang baik.
Perubahan
pemikiran dalam hal gaya dan kebiasaan hidup ini, misalnya yakni seperti gaya
dan kebiasaan hidup mabuk-mabukan, malas bekerja, malas belajar dan lain
sebagainya.
Dalam
hal ini, misalnya dalam hal gaya dan kebiasaan hidup mabuk-mabukan. Sebenarnya,
pemerintahan ataupun pemuka-pemuka agama sudah menyampaikan bahwa kebiasaan ini
merupakan kebiasaan yang tidak baik bahkan dilarang agama. Namun demikian, pada
kenyataannya tetap saja sebagian masyarakat masih saja senang melakukannya. Secara
pemikiran jernih, jangankan kita, merekapun pasti mengerti bahwa mabuk-mabukan
itu bukanlah hal yang baik. Namun sayangnya, pemikiran tersebut telah tertutupi
oleh ego dan nafsu mereka, sehingga mereka berfikir bahwa dengan mabuk-mabukan
mereka akan mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan. Padahal, kalaupun memang
rasanya nyaman mereka rasakan, tapi sebenarnya kenyamanan tersebut hanyalah
kenyamanan yang bersifat ilusi semata, yang justru akan memberikan
ketidaknyamanan yang nyata setelahnya. Kondisi kesehatan mereka akan menjadi
tidak baik, psikologis kejiwaan mereka terganggu, dan lain sebagainya.
Begitupun dengan kebiasaan malas-malasan, baik malas bekerja ataupun malas
belajar. Mereka terjebak dalam pemikiran-pemikiran yang salah,
pemikiran-pemikiran yang hanya mengejar kenyamanan ilusi dan memperturutkan ego
dan nafsu semata.
Dengan
demikian, sudah seyogianya kesalahan-kesalahan pemikiran tersebut, harus segera
dirubah ke arah pemikiran yang baik dan semestinya.
- Perubahan Pemikiran secara Khusus
untuk Hal yang Bersifat Urgen.
Tidak
dapat dipungkiri, bahwa warga Papua yang masih menginginkan disintegrasi Papua
dari Indonesia, hingga kini masih ada walaupun hanya dalam bentuk segolongan
kecil saja. Namun demikian, tentu saja pemikiran tersebut tidak bisa kita
acuhkan begitu saja, karena pemikiran tersebut bisa saja jadi benalu yang bisa
merambah dan menjalar bila dibiarkan. Pada dasarnya, bagi penulis pemikiran
mereka ini, merupakan pemikiran yang bersifat primitif yang sudah selayaknya
dibuang jauh-jauh dalam perkembangan Papua hari ini. Pemikiran mereka hanyalah
pemikiran primitif, sisa-sisa dari pemikiran yang sengaja dicuatkan oleh
Belanda sebagai pembuat negara boneka dahulu kala.
Bagaimana
pemikiran mereka ini tidak dikatakan primitif, tidakkah mereka berfikir bahwa
menjaga keamanan Papua bersama-sama adalah lebih baik daripada melakukan
peneroran dan penembakan terhadap pihak-pihak yang tidak berdosa ?
Bagaimana
pemikiran mereka ini tidak dikatakan priminitif, tidakkah mereka berfikir bahwa
membangun Papua adalah lebih baik daripada membakar honai-honai warga ?
Bagaimana
pemikiran mereka ini tidak dikatakan primitif, tidakkah mereka berfikir bahwa
hidup di kampung dan di kota bersama-sama dengan warga lainnya adalah lebih
baik daripada mengisolasi diri di dalam hutan dan gunung ?
Ah,
namun demikian mereka tetaplah saudara kita yang hanya saja masih
mempertahankan pemikiran destruktif dan primitif. Dengan demikian, sudah
selayaknya kita semua sebagai orang yang sadar dan mampu berfikir secara
jernih, membantu merubah kesalahan pemikiran mereka itu, yang bagi penulis
sangat urgen untuk kita lakukan saat ini.
Mengakhiri
tulisan ini, penulis mengajak kepada diri pribadi dan kepada para pembaca yang
budiman, marilah kita sama-sama ciptakan perubahan Papua kepada arah yang lebih
baik, kepada pemikiran destruktif menjadi kostruktif, merubah pemikiran
primitif menjadi moderat. Mari kita
lakukan perubahan untuk Papua yang sebaik-baiknya di tahun 2015 ini !!!
0 komentar:
Posting Komentar