Kamis, 31 Juli 2014

Apakah HAM Tidak Berlaku Bagi OPM?

1406774532931234037
Kompas - Isu pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia), terkadang masih saja terdengung di Papua. Namun, sayangnya apa yang didengungkan tersebut masih bersifat sepihak. Isu tersebut didesas-desuskan, digembar-gemborkan, hanya masih tertuju kepada pihak Pemerintahan atau lebih tepatnya kepada aparat keamanan. Lalu, apakah hal tersebut juga tidak berlaku bagi OPM (Organisasi Papua Merdeka) ???

Kaitannya dengan hal tersebut, ada dua hal yang perlu dipahami.
Pertama, mengenai isu pelanggaran HAM yang sering ditujukan kepada aparat keamanan.
Kedua, mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh OPM.


Isu pelanggaran HAM yang ditujukan kepada Aparat Keamanan.
Terkait hal ini, penulis teringat mengenai kegerangan salah satu tokoh Papua Nicholas Messet terhadap isu pelanggaran HAM yang dilontarkan oleh Perdana Mentri (PM) Vanuatu Moana Carcasses Kalosil, pada Sidang Tahunan Dewan Hak Asasi Manusia Perhimpunan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) di Jenewa Swiss pada tanggal 4 Maret 2014 lalu.
Dengan gerangnya, beliau menyampaikan beberapa pernyataan terkait hal tersebut.
“Pidato PM Vanuatu tersebut tidak berdasar serta mengandung unsur politis terselubung,” tegasnya dalam keterangan pers di Hotel Kaisar, Jakarta Selatan, Rabu (26/3).

“Dia bilang terjadi pelanggaran HAM setiap hari di Papua. Padahal itu foto-foto lama tahun 1970-an”, tegas beliau.

“Memang kita tidak menyangkal, benar ada pelanggaran HAM di tahun-tahun 1970-an dari Aceh sampai Papua. Ada pelanggaran HAM besar-besaran disaat orde baru memerintah. Tapi sejak tanggal 21 Mei 1998, turunnya Soeharto, pelanggaran HAM sudah tidak ada lagi” tegasnya.

Pelanggaran HAM yang didesas-desuskan di Papua terutama yang ditujukan kepada aparat keamanan, sudah usang dan tak layak untuk didesas-desuskan lagi. Selain hal tersebut yakni pelanggaran HAM oleh aparat keamanan yang masih perlu diteliti kebenarannya, setidaknya seperti yang disampaikan oleh tokoh Papua Nicholas Messet, hal tersebut tidak terjadi dalam era sekarang ini. Menurutnya, Papua kini justru sedang mengalami pertumbuhan ekonomi, infrastuktur dan penegakan hukum yang baik.

Selain itu, negara kita ini merupakan negara yang berdiri di atas landasan hukum, sehingga apabila memang pernah terjadi pelanggaran HAM, pasti semuanya sudah ditangani oleh pihak yang berkewajiban melakukan hal tersebut, sesuai dengan prosedur yang berlaku.


Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh OPM.
Bila kita berfikir secara jernih, untuk isu pelanggaran HAM yang perlu dipertanyakan saat ini, justru pelanggaran HAM yang dilakukan oleh OPM. Betapa tidak, begitu banyak korban yang diakibatkan oleh ulah mereka selama ini.

Untuk kejadian terbaru saja, yang masih segar terjadi baru-baru ini, telah terjadi penembakan yang dilakukan oleh OPM dan menewaskan dua aparat kepolisian yang sedang bertugas di daerah Lanny Jaya atas nama Bripda Zulkifly dan Bripda Yoga Ginugi. Bukankah pembunuhan yang mereka lakukan adalah pelanggaran HAM ?

Beda halnya kalau penembakan yang dilakukan oleh aparat terhadap mereka, namun dikarenakan tindakan mereka yang bersenjata, yang sedang mengancam keamanan masyarakat dan aparat. Ketika mereka berusaha menembak dan membunuh masyarakat atau aparat yang sedang bertugas, kalaulah aparat terpaksa harus menembaki mereka karena tidak bisa diajak damai secara persuasif, itu bukanlah pelanggaran HAM, karena aparat memang sedang melaksanakan tugasnya yang beresikokan nyawa. Justru, tindakan mereka yang sedang mengancam keamanan masyarakat dan aparat, terlebih bersenjata dan melakukan penembakan, apalagi berhasil menewaskan aparat, justru mereka itulah yang nyata-nyata sedang melakukan pelanggaran HAM. Namun sayangnya, hal ini tidak banyak disadari oleh mereka penyeru isu kosong mengenai pelanggaran HAM di Papua selama ini, baik oleh mereka yang memang berinisiatif sendiri ataupun mereka yang hanya ikut-ikutan dikarenakan termakan hasutan.

Selain kejadian tersebut, sebelumnya sudah banyak juga pelanggaran HAM yang telah mereka (OPM)lakukan. Telah banyak upaya penyerangan dan penembakan yang mereka lakukan, baik terhadap aparat maupun masyarakat. Bukan hanya 1 atau 2 orang aparat keamanan yang telah gugur demi melaksanakan tugasnya menjaga stabilitas keamanan di Papua. Semua itu bukti nyata pelanggaran HAM yang justru dilakukan oleh OPM. Namun, aparat keamanan baik TNI ataupun kepolisian wilayah Papua tidak pernah mengeluh. Mereka dengan lapang dada dan bangga melaksanakan tugas mereka walau beresikokan nyawa. Mereka senantiasa dengan bangga melaksanakan tugasnya demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat Papua khususnya dan bagi Indonesia pada umumnya. (Bm/Post)

Pangdam XVII Cenderawasih Bantah Anggotanya Ditembak

Personel TNI berjaga-jaga di Puncak Jaya, Papua. Foto: Cenderawasih Pos/JPNN.com
Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua membantah ada anggota TNI tertembak kelompok bersenjata di Pos Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
"Tidak ada anggota TNI yang tertembak di Tingginambut," tegas Mayjen TNI Zebua di Jayapura, Rabu (30/7) dikutip dari Antara.

Dia mengatakan, insiden yang terjadi di Tingginambut, Senin (28/7) semata-mata murni kesalahan anggota. Kata Mayjen TNI Zebua, anggotanya sempat mencurigai ada pergerakan kelompok sipil bersenjata sehingga menyiapkan peralatan pelontar granat. Ternyata alat tersebut mengalami gangguan sehingga granat meledak tak jauh dari tiga anggota TNI.

"Jadi, tidak benar anggota yang saat ini sudah dievakuasi dan mendapat perawatan di RS Tentara Marthen Indey ditembak kelompok bersenjata," tegas Mayjen TNI Zebua.

Menurut Pangdam, kondisi ketiga anggota TNI itu stabil dan pihaknya berharap dapat segera sembuh. Ketiganya adalah Prada Firman dari Yonif 751/R luka di bagian pelipis kiri, Praka Agus dari Yonif 751/R terluka di perut dan Serda Dedi Hartanto dari satuan perbantuan yang cedera di bagian dada kanan.

Untuk menghindari terulangnya insiden serupa, lanjutnya, pihaknya sudah memerintahkan agar senjata yang ada senantiasa dicek sehingga tidak macet saat digunakan. Selain itu, anggota yang bertugas senantiasa diingatkan untuk waspada karena kelompok bersenjata senantiasa menganggu saat lengah. (ald/rmo/jpnn)

TNI-Polri Kejar OPM di Papua

JAYAPURA, KOMPAS.com – Kepala Kepolisian Daerah Papua, Brigjen Pol Yotje Mende bersama Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Christian Zebua mengatakan, pihaknya mengejar pelaku tindak kekerasan di Kabupaten Lanny Jaya. Kempok ini diduga terkait Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Ditemui usai mengadakan rapat tertutup yang dihadiri Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Befa Yigibalom, Brigjen Pol Yotje menegaskan, operasi yang akan digelar bersama TNI bertujuan untuk mengayomi masyarakat Lanny Jaya dari ancaman kelompok kriminal bersenjata.

“Gerakan mereka sudah sangat sadis, bahkan kepada saudara sendiri pun. Karena itu, kami akan melakukan kegiatan ini untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan Kepolisian. Walaupun kami yang menjadi korban, namun itu sudah menjadi tugas kami,” ungkap Yotje di Makodam Cenderawasih, Rabu (30/7/2014) sore.
Guna mendukung operasi itu, Polda Papua sudah mengirim tambahan personil Brimob sebanyak 1 SSK Rabu pagi. Pasukan ini nantinya akan bergabung dengan 2 SST Brimob yang lebih dulu sudah ditempatkan di Lanny Jaya bersama bantuan TNI dari Yonif 756 Wamena.
Dijelaskan Yotje, operasi tersebut akan fokus untuk melakukan pencarian dan berupaya menangkap Puron Wenda dan Enden Wanimbo beserta pengikutnya yang sering melakukan penyerangan kepada aparat dan warga sipil.
Sementara itu, Mayjen Christian mengatakan, pihaknya sudah menyepakati untuk membantu polisi menindak tegas pelaku tindak kriminal bersenjata yang Senin lalu telah menewaskan dua anggota polisi.
“Tugas TNI untuk membantu Polri memberikan kenyamanan kepada masyarakat dan menegakkan hukum di negeri tercinta ini. Kami akan tindak tegas dan keras, kepada kelompok yang melakukan tindak kejahatan,” tegas Christian.
Seperti diwartakan, akibat serangan itu, dua dari delapan anggota Kepolisian Resor Lanny Jaya tewas dan dua lainnya luka-luka.
Dua polisi yang tewas adalah Brigadir Dua Zulkifly Putra dan Brigadir Dua Yoga Ginugi. Zulkifly tertembak di kepala dan Yoga di perut. Sementara dua polisi yang terluka adalah Brigadir Dua Alex Numberi dan Brigadir Satu Heskia Bonyadone.

Rabu, 23 Juli 2014

Tuntutan HAM di Papua, Tuntutan yang Lucu !!!

14060977511274134536
Terkadang, sungguh lucu dalam dasawarsa ini apabila mendengar berbagai tuntutan HAM (Hak Asasi Manusia) di Papua, terlebih yang banyak dimuat di web atau blog-blog di internet. Mereka berteriak dengan lantangnya menuntut diselesaikannya pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi. Di berbagai Web dan blog, baik yang bersifat pribadi atau umum, mereka menyuarakan tuntutan-tuntutan tersebut. Di berbagai media cetak seperti koran atau buku-buku, mereka juga menuangkan tuntutan tersebut dengan pena-penanya dalam bentuk tulisan.
Sebagai contoh, berikut saya kutipkan sepenggal tulisan mengenai tuntutan dihentikannya pelanggaran HAM di Papua.
Pada situs papuapos.com, dalam berita hari senin tanggal 19 Mei 2014 berjudul "Pelanggaran HAM di Papua Harus Diselesaikan ", pada paragraf pertama tertulis "BIAK [PAPOS] - Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari, Papua Barat, Yan Christian Warinussy mengingatkan masyarakat Papua untuk tetap berjuang melawan adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di  atas Tanah Papua. Ia katakan, meskipun pemerintahan dan parlemen bergantian namun semua pelanggaran HAM harus tetap diselesaikan."
Selain berita tersebut, mungkin para pembaca juga masih ingat mengenai santernya suara perdana mentri Vanuatu di Jenewa pada tahun lalu. Ia menyuarakan isu banyak terjadinya pelanggaran HAM di Papua, bahkan ia katakan tiap hari ? Sungguh luar biasa dan ironis sekali. Mungkin ia berlaga ingin menjadi pembela rakyat Papua untuk isu kosong yang ia suarakan.

Pertanyaannya adalah, benarkah terjadi banyak pelanggaran HAM di Papua ? Pelanggaran HAM apa yang terjadi dasawarsa ini ? Kalaupun dikatakan ada, kapankah pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi ? Apakah pelanggaran tersebut terjadi dalam dasawarsa sekarang ini?
Selain itu, yang perlu dipertanyakan juga adalah, benarkah apa yang mereka tuntut itu adalah semata-mata karena banyaknya pelangaran HAM di sana ? Ataukah semua itu hanya bingkai dibalik kepentingan pribadi pihak tertentu ?
Bagi penulis, tuntutan mereka tersebut cukup lucu dan menggelikan. Bukan karena penulis berusaha menutup mata bahwa di Papua tidak pernah terjadi pelanggaran HAM, namun berapa banyak kah pelanggaran HAM yang terjadi di sana ? Begitu bombastiskah jumlahnya dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya, baik dalam lingkup nasional ataupun internasional sehingga harus disuarakan dan dielu-elukan secara berlebihan ?
Mengingat hal tersebut, sangat memungkinkan menurut penulis ada kepentingan lain dibalik esensi yang mereka suarakan. Ada esensi lain selain dari tuntutan pelanggaran HAM yang mereka sampaikan. Pasti ada pihak tertentu yang secara sengaja melakukan hal ini. Mereka secara sengaja mengelu-elukan isu ini untuk membingkai kepentingan mereka yang terselubung.

Siapakah aktor dibalik semua itu ? Memang cukup sulit untuk mengetahui siapa aktor utamanya. Bisa saja yang menjadi aktor semua itu adalah para penyuara itu sendiri, namun bisa saja tidak demikian.
Bisa saja aktor utama di balik semua itu adalah pihak lain yang berhasil menghasut para penyuara pelanggaran HAM. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena Papua memang wilayah strategis yang kaya akan sumber daya alam dan cukup menjadi perhatian banyak pihak, baik dari lingkup dalam negeri ataupun lingkup internasional.
Dengan semua itu, bisa saja aktor di balik semua itu adalah pihak asing. Dengan kelihaian berpolitiknya, mereka secara sengaja menyusun semua itu untuk kepentingan mereka. Betapa tidak, disadari atau tidak begitu banyak pihak asing yang memang terkait dengan Papua yang kaya akan sumber daya alam ini, seperti Amerika yang memilki perusahaan Freeport di Timika Papua.
Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi semua itu, terlepas dari siapa aktor dan apapun faktornya. Marilah kita bersikap lebih cerdas, atas fakta dan kebenaran yang terjadi. Mari kita lihat kondisi Papua yang kini banyak mengalami kemajuan dibandingkan sebelumnya.
Tidak ada pelanggaran HAM yang terjadi dasawarsa ini, bahkan jauh-jauh ke tahun-tahun yang telah silam. Pelanggaran HAM memang mungkin pernah terjadi, tapi hal itu sudah usang dan lama sekali. Hal tersebut sudah tidak layak diangkat-angkat kembali, karena tujuan kita adalah kemajuan Papua yang sekarang dan untuk ke depan. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Nickolas Messet sebagai salah satu tokoh Papua, bahwa setelah era reformasi bergulir tanah Papua jauh lebih baik. Menurutnya, saat ini Papua sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dan perkembangan infrastruktur yang baik, termasuk untuk bidang penegakan hukum.
"Memang kita tidak menyangkal, benar ada pelanggaran HAM di tahun-tahun 1970-an dari Aceh sampai Papua. Ada pelanggaran HAM besar-besaran di saat orde baru memerintah. Tapi sejak tanggal 21 Mei 1998, turunnya Soeharto, pelanggaran HAM sudah tidak ada lagi" tegas Nickolas Messet, terkait dengan tanggapannya terhadap ocehan perdana menteri Vanuatu tahun lalu.
Dengan semua itu, bila dasarwarsa ini masih ada yang mengelu-elukan pelanggaran HAM di Papua, hal tersebut sungguh lucu didengar.
Marilah kita rapatkan barisan. Bila pernah terjadi hal yang buruk di massa silam, biarlah hal tersebut menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih baik ke depannya. Mari kita sama-sama membangun Papua yang kita cintai ini secara cerdas. (BM)

Senin, 21 Juli 2014

Polisi Berhasil Merampas Kembali Senjata Yang di Rampas Pelaku Kriminal Youtefa Abepura


Jayapura (21/7) – Kepolisian Jayapura berhasil merampas kembali senpi (senjata api) jenis laras panjang di Abe Gunung BTN Puskopad Atas, hari sabtu 18 Juli 2014.

Beberapa minggu yang lalu tepatnya pada hari rabu tanggal 02 Juli 2014, telah terjadi tindakan kriminal yang menewaskan 1 orang anggota yang dilakukan oleh para pemain judi daerah pasar Youtefa Abepura. Secara lebih lengkapnya bisa dilihat pada berita hari tersebut di link http://isupapua.blogspot.com.

Para pelaku kriminal yang kerap meresahkan kegiatan masyarakat setempat tersebut, selain berhasil membunuh 1 orang anggota polisi dan membuat 1 orang anggota polisi lainnya luka parah, mereka telah merampas satu jenis senjata api milik korban jenis laras panjang SS1.
Pencarian para pelaku dan senjata yang dirampas yang dilakukan sejak kejadian, ternyata membuahkan hasil pada tanggal 19 Juli 2014 dini hari. Polisi berhasil menemukan dan merampas kembali senjata jenis V2 nomor 99.001316 yang mereka ambil.

Kronologi kejadian berawal dari informasi adanya orang berinisial SNJ yang mengetahui informasi mengenai keberadaan senjata tersebut. Pada hari Jumat 18 Juli 2014 Polisi melakukan penyamaran untuk menemui orang tersebut di Koya Distrik Muara Tami dan berhasil menangkapnya berserta satu orang temannya berinisial SOJ.

Introgerasipun dilakukan dan membuahkan informasi baru bahwa yang mengetahui keberadaan senjata adalah MKT dan MUT. Segera setelah itu Polisi melakukan pengintaian tehadap MKT dan berhasil menangkapnya yang pada waktu itu ia bersama temannya SK yang ditangkap juga. Selanjutnya mereka diinterogerasi dan membuahkan hasil bahwa yang paling tahu keberadaan senjata adalah EW.

Berdasarkan informasi tersebut, keesokan harinya sekitar pukul 01.00 WIT Polisi berhasil menggerebek EW. Sekitar pukul 03.30 WIT dengan di Pandu oleh EW, Polisi berhasil mengambil kembali senjata tersebut yang dikubur di daerah Abe Gunung Puskopad Atas.

Keberhasilan polisi tersebut selain mengambil kembali senpi juga berhasil menangkap 6 orang terkait, merampas 6 buah parang, 2 buah kapak, 1 buah tas ransel, 1 bilah badik milik masuk tabuni dan 1 unit HP milik MKT. (Issupapua)

Crayon Merah di Atas Kertas Putih

kibaran bendera
Papuahttp - Postingan kali ini akan banyak membahas tentang esensi bendera merah putih.
Kenapa sih warnanya merah?
Kenapa sih sampe Indonesia pada akhirnya memilih merah putih sebagai bendera negaranya?

Saya akan jelaskan terlebih dahulu bagaimana jejak langkah warna merah putih di Indonesia ini.
Awalnya digunakan oleh jayakatwang saat hendak melancarkan pemberontakan pada pemerintahan Kertanegara pada kerajaan singosari (1292 M). Hari besar kerajaan majapahit pada masa pemerintahan hayam wuruk selalu menggunakan bendera merah putih (1350 - 1389 M). Bendera sultan ageng saat melawan negri pati pada babad tanah jawa juga menggunakan merah putih (1613-1645 M).

Bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Begitu pula pejuang aceh yang mengibarkan umbul-umbul merah putih disertai gambar pedang, bulan, bintang, dan ayat-ayat suci Al-quran.
Bendera worompang kerajaan bugis bone sulawesi selatan sebelum Arung Palakka juga berwarna merah putih.

Perjuangan kedaerahan yang terakhir kali menggunakan bendera merah putih adalah perang jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro (1825-1830 M). Kata-kata yang sangat terkenal yang diucapkan pada istrinya saat bendera merah putih dikibarkan di Selarong dan Pangeran Diponegoro melihatnya dari jauh,

"Perang telah mulai, kita akan pindah ke Selarong.
Pergilah Adinda ke sana, dan berikanlah segala intan permata dan emas perakmu
kepada rakyat yang mengikuti kita.”

Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro pada perang jawa tahun 1830 M, bendera merah putih tidak pernah dikibarkan lagi hingga hampir satu abad kemudian..

Sejarah terus bergulir hingga sampai di abad XX, tepatnya pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di Belanda dengan kepala banteng ditengah-tengahnya. Perhimpunan Indonesia merupakah organisasi orang-orang indonesia yang hidup di belanda dan bendera merah putih pertamaklalinya dikibarkan di abad XX justru di benua yang jauh dari Indonesia. 1927 kelahiran organisasi PNI dengan merah putih dan gambar banteng. 1928 Kongres Indonesia Muda (atau lebih dikenal dalam peristiwa Sumpah Pemuda) juga mengibarkan merah putih dengan hiasan gambar burung garuda.

Puncak legitimasi bendera merah putih ini adalah pada tanggal 17 Agustus 1945 yaitu saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan semakin diperkuat kedudukannya pada tanggal 18 Agustus 1945 karena dituangkannya pula keterangan bahwa "Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih" pada UUD 1945, Pasal 35.

Itulah singkat cerita sejarah merah putih, yang sudah saya coba untuk merangkumnya.
Kalo dirasa masih kurang lengkap silahkan temen-temen cari sendiri, pasti banyak kok dapet fakta sejarah tentang penggunaan warna merah putih. Dan saya benar-benar menunggu sharing dari temen-temen sekalian.
Sekarang yang harus kita pahami, apa sih esensi dari merah putih?

1. Merah = Berani, Putih = Suci
Ini pemahaman yang paling umum. Saya nggak mau menyalahkan, dan memang bener bahwa merah itu berani, putih itu suci. Tapi semestinya ada pemahaman yang lebih mendalam dari sekedar makna merah dan putih, yaitu alasan kenapa pada akhirnya Indonesia memilih warna merah dan putih.

2. Zat Hidup
Dalam buku karangan Mohammad Yamin "6000 Tahun Sang Saka Merah Putih", tahun 1958 dijelaskan bahwa, warna merah simbol matahari dan warna putih sebagai simbol bulan. Merah putih bermakna "zat hidup". Hanya tidak dijelaskan makna "zat hidup". Buku ini ingin membuktikan, Merah Putih sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak kedatangan mereka di kepulauan Nusantara 6.000 tahun lampau.

Kalo yang saya tangkap inti dari zat hidup itu adalah sebuah paduan antara warna merah dan putih, bagi nenek moyang kita rupanya adalah gambaran dari peristiwa timbal balik, dan menjadikan sesuatu bermanfaat bagi manusia.

Langit dan bumi bersatu lewat tanah dan hujan untuk menumbuhkan tanaman. Kehidupan dan kematian membuat alam menjadi seimbang. Laki-laki dan perempuan (ehm, ini postingan anti-galau lho ya, jangan merusak suasana) yang saling melengkapi hidup satu sama lain.
Memang nggak bisa dipungkiri pemahaman "Zat Hidup" itu sangat erat hubungannya dengan animisme dan dinamisme yang ada sejak ribuan tahun yang lalu. Sedangkan agama seperti islam masuk sekitar abad XII. Saya nggak bisa menyalahkan kalo pendahulu-pendahulu kita punya pemikiran seperti ini. Harus kita hormati, kita pahami dalam hati, tapi bagi saya pribadi saya akan selalu ingat bahwa keseimbangan dan zat hidup tersebut bagaimanapun merupakan berkah dan rahmat Allah SWT.

3. Gula Kelapa
Ini teori yang paling saya suka dan benar-benar menimbulkan pemikiran tersendiri buat saya.
Pada zaman kerajaan mataram dulu, warna merah putih itu lebih dikenal sebagai warnanya gula merah dan parutan kelapa. Salah satu bentuknya masih tersimpan sebagai pusaka dalam Keraton Surakarta, yaitu bendera Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang dasarnya berwarna putih dengan tulisan Arab Jawa dan atasnya bergaris merah. Sultan ageng yang saya ceritakan di atas pun dalam babat tanah Jawa yang bernama babab Mentawis (Jilid II hal 123) menamai bendera merah putihnya sebagai bendera Merah Putih “Gula Kelapa”.

Gula kelapa ini ternyata merupakan makanan ringan bagi masyarakat indonesia saat itu. Dari yang raja, sampe yang buruh-buruh tani semuanya nyemil gula merah + kelapa parut. Yang sangat ingin saya garis bawahi adalah..
Ternyata negara kepulauan terbesar di dunia,
Dipersatukan oleh cemilan..
Dan anehnya saya ga merasa sedih atau jadi konyol. Malah ide ini brilian banget menurut saya.
Bayangkan saja, kalo hanya dengan cemilan saja sudah cukup untuk mempersatukan kita, hal apalagi sih yang bisa memecah belah kita sebagai Indonesia?
Jika hal yang simple sesimple cemilan saja bisa mempersatukan kita, seharusnya hal-hal kompleks yang lain justru bisa mempersatukan kita lebih erat lagi.
Begitu juga dengan perpecahan, jika hal yang simple bisa mempersatukan kita, kenapa hal yang kompleks bisa memecah kita kembali? Memang sedang ada yang salah dengan indonesia saat ini.

Tidak seharusnya kita terjebak dalam kompleksnya perpecahan, karena sesungguhnya persatuan sangatlah simple.
Sesimple bendera kita Indonesia ini.. Hanya merah dan putih yang menjadi satu dalam sebuah bendera..
Untuk membuktikan betapa simplenya, silahkan anda cari anak TK Se-Indonesia,
Siapa diantara mereka yang nggak bisa gambar bendera Indonesia?
Saya yakin ga ada, kalopun ada saya yakin anda pasti mencarinya dengan susah payah.

The freedom is simple

Hanya crayon merah dan kertas putih sudah cukup untuk bisa menjadikannya sebuah gambar bendera indonesia.
Mari kita bandingkan dengan bendera negara lain. Negara yang sudah jauh kemajuannya dibandingkan negara kita.

Bendera Amerika
Sekarang mari kita cari anak TK di amerika yang ga bisa bikin gambar bendera amerika dengan benar. Saya yakin banyak yang ga bisa. Bisa pun pasti hasilnya jelek, gambarnya bengkok-bengkok. Belum lagi hitungan berapa bintang, berapa garis, dan berapa proporsi garis merah dan putihnya.
Tapi walaupun bendera kita simple, bukan berarti nggak kreatif lho!
Kalo mau ngomongin masalah ga kreatif, ada negara yang jauh lebih parah benderanya.

Bendera Libya
Yaitu bendera libya yang gambarnya ada di atas ini. Itu bendera lho temen-temen.
Bukan sekedar saya bikin di paint ada shape rectangular trus saya kasi warna hijau, bukan!
Itu bener-bener bendera libya..

Jadi karena itulah menurut saya kita benar-benar harus bangga terhadap bendera yang kita miliki ini.
Secara esensi maupun visualisasi menurut saya Sang Merah Putih itu hampir tidak ada tandingannya lagi di dunia..

Bangga Menjadi Indonesia

Yah begitulah mungkin yang bisa saya tulis untuk saat ini.
Yang namanya sejarah pasti banyak versi, banyak kontoversi, dan semua tulisan saya di atas pasti ada yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Kembali lagi saya hanyalah manusia yang nggak memiliki segala ilmu di dunia ini. Semoga jika ada salahnya Allah yang akan menuntun kita semua menuju kebenaran hakiki.

Oh iya, ada sebuah pernyataan pribadi yang menurut saya sangat cocok untuk menutup artikel ini..
Bendera Indonesia adalah dwitunggal
Merupakan perlambangan harmoni, bukan sintesis.
Oleh karena itu bendera indonesia berwarna merah dan putih, bukan merah jambu
Merupakan harmoni antara yang merah dan yang putih
Bukan sintesis antara merah dan putih yaitu merah jambu
Karena Bhinneka Tunggal Ika
Bukan berarti yang prural menjadi satu entitas
Yang prural tetaplah prural
Tapi kita bisa hidup bersama untuk mengisi warna pada bendera ini

Kamis, 17 Juli 2014

Jikalah Engkau Tau tentang Papuaku

Papuahttp - Dengan tidak bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap nyawa manusia, saya mengucapkan selamat kepada aparat TNI dan Polri yang bertugas di Papua. Setidaknya dalam seminggu ini aparat berhasil menumpas dua gembong kriminal yang selama ini selalu mengganggu dan meneror masyarakat Papua.


Pertama adalah Timika Wonda, salah satu komandan OPM yang sering beroperasi di wilayah Tingginambut, Puncak Jaya, Papua. Timika Wonda merupakan orang kepercayaan Panglima TPN OPM Goliath Tabuni, pimpinan organisasi garis keras separatis yang berjuang untuk Papua merdeka. Wonda tewas setelah mengalami kontak tembak hebat dengan tim patroli dari Yonif 751/Raider pimpinan Lettu Inf Firman. Kelompok Timika Wonda ini adalah kelompok yang sering meneror dan merampok warga di Puncak Jaya. Mereka juga diketahui sebagai kelompok yang sering menembaki aparat TNI/Polri. 




Sedangkan yang kedua adalah Rudi Oreri, seorang Panglima OPM wilayah Kepulauan Yapen dan Mamberamo. Dia tewas saat baku tembak dengan tim gabungan Polri dan TNI di Kep Yapen. Dari tangan separatis ini, diperoleh 1 pucuk senjata SS1 V5 yang merupakan senjata rampasan milik anggota Polri. Kelompok Rudi ini diketahui memiliki catatan kriminal yang sangat buruk. Mereka pernah terlibat dalam penyerangan Polsek Anggasera Kep Yapen pada 2013. Menurut Kapolda Papua, Tito Karnavian, mereka juga pernah menganiaya tokoh agama dan memaksanya memakan tanah. Terakhir, kelompk Rudi ini melakukan pembunuhan terhadap pemuda bernama Erens Aninam.


Mungkin banyak dari kompasianer yang membaca artikel ini menyayangkan kejadian-kejadian seperti ini. Kenapa “kekerasan” di Papua tidak ada hentinya. Kenapa pendekatan yang dilakukan bukan pendekatan kesejahteraan, melainkan pendekatan keamanan. Mungkin banyak dari kompasianer yang tidak tahu bahwa semua pendekatan telah dan sedang dilakukan di Papua saat ini. Tidak hanya penumpasan kelompok bersenjata seperti yang sering diberitakan. Wajar jika masyarakat hanya mengetahui tindakan represif yang dilakukan TNI/Polri, karena memang hanya itu yang selalu diberitakan oleh media.



Mal Jayapura
Mal Abepura
Hola Plaza Waena

SAGA Waena

Perlu diketahui, di Papua dalam kurun waktu 10 tahun mengalami pembangunan yang sangat pesat. Jalan-jalan untuk menembus daerah terisolir dan fasilitas umum lainnya dibangun di Papua. Mungkin orang yang terakhir kali datang ke Papua 10 tahun yang lalu dan sekarang datang lagi ke Papua akan sangat “pangling” bahkan terkagum-kagum dengan kemajuan pembangunan Papua. Memang pembangunan di Papua belum merata ke semua wilayah karena wilayah Papua memang sangat luas dengan kontur medan yang sangat sulit yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Pun begitu, proses menuju pembangunan merata ke semua wilayah sedang dilakukan secara intensif di Papua.


Mengenai tindakan represif, mungkin banyak yang menyayangkan. Tapi sebenarnya tindakan represif adalah tindakan “terpaksa” yang dilakukan aparat TNI/Polri. Pemerintah daerah, TNI dan Polri tidak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk bersama-sama satu hati membangun Papua dengan damai di bawah bingkai NKRI. Kepada kelompok yang berbeda paham dan menuntut merdeka, Polda Papua dan Kodam Cenderawasih memisahkan ke dalam 2 kelompok. Pertama adalah yang tidak bersenjata. Kepada kelompok ini, TNI/Polri selalu mengajak secara persuasif untuk “kembali” kepada jati diri sebagai insan satu bangsa Indonesia. Sedangkan yang kedua adalah yang bersenjata dan selalu meneror masyarakat. Aparat TNI/Polri tidak segan-segan untuk menumpas dengan cara yang paling tegas.


Kenapa kelompok-kelompok separatis Papua saat ini banyak yang tertangkap atau tewas ditembak aparat? Peran serta masyarakat adalah kuncinya. Masyarakat yang pada awalnya terhasut, saat ini mulai sadar bahwa Pemerintah, TNI dan Polri mempunyai niat mulia untuk membangun Papua yang sejahtera dan damai. Mereka pun mulai yakin bahwa OPM tidak ubahnya kelompok kriminal yang hanya akan menghambat terwujudnya kesejahteraan dan kedamaian di Papua. Masyarakat saat ini sangat kooperatif terhadap aparat dengan selalu menginformasikan apabila OPM akan melancarkan aksi.


Sebagai penutup, mari kita berdoa semoga kelompok separatis bersenjata Papua segera sadar dan menyerahkan senjatanya kepada TNI/Polri sehingga aparat tidak perlu lagi memuntahkan proyektil untuk menumpas “bromocorah” di Papua. Kelompok yang berbeda paham pun segera sadar bahwa keutuhan NKRI dari Sabang sampai Merauke sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Tantangan untuk mewujudkan Papua yang maju dan damai harus segera dieksekusi oleh para pemuda dan pemudi Papua. Mari Pace Mace, Kitong Bikin Papua Lebih Baik Lagi.

Penembakan di Papua kembali Terjadi

Kompasiana.com - Lagi-lagi terjadi peristiwa yang sangat tidak diharapkan. Tepatnya pada hari Rabu, 16 Juli 2014 sekitar pukul 14.15 WIT mobil lajuran Wamena – Mulia yang akan menuju ke Kampung Kalome dan Kampung Dangobak dihadang dan ditembaki oleh kelompok Orang Tak Dikenal (OTK). Mobil tersebut sedang membawa bahan sembako yang akan di distribusikan untuk masyarakat.
Dari penembakan tersebut, 2 orang sopir warga sipil atas nama saudara Kallo (30 th) dan saudara Laksamana (24 th) meninggal ditempat akibat terkena tembak dibagian kepala serta 1 orang atas nama saudara Bahar (40 th) terkena luka tembak dibagian pantat. Selain itu juga terdapat 4 mobil Merk Mitsubishi Strada yang dibakar

Setelah menerima informasi bahwa terjadi penghadangan dan pembakaran yang disertai penembakan yang dilakukan oleh OTK tersebut, pasukan dari Satgas Yonif 751/R dan Tim Khusus dari Polres Mulia langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan evakuasi terhadap korban untuk segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat dan Pasukan lainnya dari Gabungan TNI dan Polri melakukan pengamanan dan penjagaan disekitar TKP.
Kejadian penembakan seperti ini sering kali terjadi di daerah-daerah pegunungan yang jauh dari Pos Pengamanan TNI/Polri. Diduga aksi pengahadangan dan pembakaran yang disertai penembakan tersebut terjadi untuk menghambat jalannya perekonomian didaerah pegunungan yang sulit dijangkau.

Kejadian ini sangat meresahkan dan merugikan masyarakat sekitar. Karena selain terganggu oleh aksi penembakan, harga sembako pun menjadi mahal karena kendaraan yang mendistribusikan sembako ke daerah tersebut sering dihadang oleh Orang Tak Dikenal. Inilah yang menyebabkan terhambatnya perkembangan ekonomi didaerah tersebut sehingga kesejahteraan pun semakin sulit dicapai.
Diharapkan kepada masyarakat sekitar yang melihat, mendengar ataupun mengetahui adanya orang-orang tak dikenal yang terindikasi ingin berbuat aksi tersebut, segera dilaporkan ke aparat keamanan di daerah sekitar untuk mencegah terjadinya kembali aksi-aksi yang tidak diinginkan tersebut.

Selasa, 15 Juli 2014

Jangan Paksa Aparat Bertindak Tegas

Src : Kompasiana.Kondisi Papua meskipun secara umum dirasa damai, namun selalu saja ada isu yang tersebar bahwa Papua  merupakan daerah yang sering dilanda konflik, kekerasan dan penganiayaan. Ditinjau dari apa yang terjadi, mungkin saja hal tersebut memang benar, namun mungkin juga tidak.

Salah satu isu yang sering didengung-dengungkan adalah pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang dilakukan aparat TNI dan Kepolisian terhadap masyarakat Papua. Untuk melihat banyaknya isu tersebut, setidaknya dengan mudah dapat dilihat melalui media-media berita dan sosial di internet. Coba saja lakukan pencarian dengan keywords “Pelanggaran HAM TNI-Polri di Papua”. Sebagai contoh, salah satuweb yang memuat isu tentang hal tersebut bisa dilihat di link berikut :
http://holandianews.blogspot.com/2014/02/west-papuans-beaten-and-had-guns-held.html
Artikel pada link tersebut tertulis dengan judul “West Papuan’s beaten and had guns held to head in military operation”. Selain link tersebut, salah satu web lainnya yang menyebarkan isu tersebut juga dapat dilihat di link berikut :
Pada web di link tersebut, tertulis berita dengan judul “PELANGGARAN HAM DI TANAH WEST PAPUA”.

Kedua web tersebut berisikan artikel yang menyudutkan TNI maupun Polri sebagai aparat keamanan yang sedang bertugas di Papua. Dalam tulisannya, tertulis seolah-olah aparat keamanan yang sedang bertugas di sana merupakan instansi-instansi yang sedang melakukan pelanggaran HAM terhadap rakyat Papua, namun nyatanya tidak demikian. Semua itu hanya isu dan opini yang sengaja dibuat untuk menggiring pemahaman para pembaca terhadap apa yang mereka tulis. Apa yang para penulis tersbut lakukan tidaklah aneh, karena media internet merupakan media umum, sehingga siapapun dengan mudah dapat menulis apa saja yang diinginkannya, apapun motif yang melatarbelakanginya.
Apa yang sebenarnya terjadi di Papua ? Benarkah semua isu yang selama ini tersebar ? Siapakah pihak yang kerap menyebarkan isu tersebut ? Apa motif mereka ? Benarkah aparat TNI dan Polri di Papua sering melakukan pelanggaran HAM dan penindasan terhadap masyarakat Papua ? Mari kita coba teliti dengan hati dan fikiran yang jernih.


Melihat Secara Jernih Atas Isu Pelanggaran HAM di Papua

Apa yang terjadi di Papua, bukanlah pelanggaran HAM dan penindasan yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap rakyat Papua. Semua itu hanyalah isu yang diputarbalikkan di atas fakta yang sebenarnya terjadi. Entah apa motif yang melatar belakangi mereka, namun yang jelas apa yang mereka lakukan bukanlah suatu perbuatan yang baik, justru hanya akan menimbulkan banyak dampak negatif.
Isu mengenai penembakkan dan foto-foto yang tersebar, mungkin saja hal itu memang benar. Namun apa yang mereka katakan sebagai penindasan atau pelanggaran HAM, hal tersebutlah yang menjadi masalah dan perlu dipertanyakan. Isu-isu tersebut hanyalah pemutarbalikan fakta saja. Kalaupun memang ada hal tersebut terjadi, mungkin saja hal tersebut dilakukan secara personal oleh oknum TNI ataupun Polri. Sungguh tidak etis bila hal tersebut digeneralisir menjadi isu pelanggaran HAM yang dilakukan TNI dan Polri yang mempunyai tugas mulia, memberikan pelayanan keamanan bagi masyarakat Papua.
Untuk membuktikan hal tersebut, ada baiknya saya mengutip beberapa pernyataan Mayjen TNI Christian Zebua, M.M. selaku Pangdam XVII/Cenderawasih (Pimpinan tertinggi jajaran TNI di Papua) dan Irjen (Pol). Drs, Tito Karnavian M.A. selaku Kepala Kepolisian Daerah Papua (Pimpinan tertinggi jajaran kepolisian di Papua). Berikut beberapa pernyataan beliau berdua dalam beberapa media internet.


Pernyataan Mayjen TNI Christian Zebua, M.M.

“Saya sudah perintahkan seluruh anggota agar siaga dan waspada serta bertindak tegas bila ada kelompok bersenjata yang ingin menganggu jalannya pilpres,”. Pernyataan tersebut dimuat web www.intelijen.co.id tanggal 06 Juli 2014 kategori militer. Pernyataan yang sama pun dimuat di web antaranews.com pada hari yang sama.
“Kita sudah bekerja keras , tunggu saja hasilnya nanti, kan sudah kita buktikan, bagaimana di Puncak, mereka tidak tobat, ya mereka kita tindaki sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku, dan ini berlaku bagi semua kelompok yang mengancam keamanan baik itu masyarakat setempat dan juga kesatuan NKRI,” Pernytaan tersebut dimuat di web suluhpapua.com tanggal 14 April 2014.


Pernyataan Irjen (Pol). Drs, Tito Karnavian M.A.

“Dalam mengantisipasi hal tersebut, kami dari Polda Papua akan mengambil langkah secara persuasive kecuali jika ada kelompok-kelompok yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan hukum,” dan “Pasti ada langkah tegas yang kami lakukan jika ada kelompok-kelompok atau mengganggu Negara RI,” Kedua pernyataan tersebut dimuat di web bintangpapua.com tanggal 19 Juni 2013.
Beberapa pernyataan yang telah dikutip di atas, cukup mudah kiranya bagi para pembaca untuk menilai terhadap kebijakan kedua pimpinan tertinggi jajaran TNI maupun Polri dalam melaksanakan tugasnya. Beliau berdua, memimpin para prajurit dan bawahannya untuk menjaga keamanan di Papua. Pernyataan beliau berdua tersebut berkaitan dengan gangguan-gangguan keamanan yang kadang terjadi di wilayah Papua, yang terkadang dilakukan oleh sekelompok kecil warga Papua bersenjata dalam rangka mengganggu keamanan. Terkait hal tersebut, jelas dari pernyataan beliau berdua bahwa TNI dan Polri akan menindak tegas bagi siapapun yang mengancam keamanan dan keselamatan masyarakat dan NKRI serta yang bertindak tidak sesuai dengan aturan. Selain itu, jelas dari pernyataan beliau berdua juga bahwa tindakan yang akan diambil baik oleh TNI maupun Polri terhadap para pengganggu dan pengacau keamanan, akan ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku.
Terkait pernyataan kedua pimpinan tersebut dengan isu tentang pelanggaran HAM oleh aparat yang terjadi di Papua, dengan mudah kita dapat menganalisisnya. Isu-isu yang disebar tidak lain hanyalah pemutarbalikan fakta semata. Fakta yang sebenarnya mengenai isu-isu tersebut adalah aparat TNI dan Polri yang sedang bertugas, terpaksa bertindak tegas terhadap para pengganggu keamanan yang tidak bisa diajak persuasif. TNI dan Polri tidak mungkin melakukan tindakan tanpa sebab. Tindakan apapun yang diambil oleh para prajurit TNI maupun Polri ketika bertugas, pasti semua sudah diperhitungkan dan disesuaikan dengan hukum yang berlaku, terlebih bila harus terpaksa melakukan penembakkan terhadap pengganggu keamanan. Kalaupun memang ada suatu tindakan yang dilakukan oleh anggota TNI ataupun Polri yang tidak sesuai hukum, sudah tentu hal tersebut hanya bersifat personal oleh oknum TNI dan Polri saja, bukan atas nama instansi. Pernyataan kedua pimpinan TNI dan Polri sudah jelas beliau berdua tidak sedikitpun memerintahkan anggotanya untuk bertindak semena-mena, terlebih harus melanggar HAM. Oleh karena itu, sekelompok warga Papua yang kini masih bermotivasi untuk mengganggu keamanan di Papua, sudah selayaknya tidak memaksa aparat bertindak tegas terhadap mereka. (BM)

Kamis, 10 Juli 2014

Isu Sebagian Wilayah Papua Terhambat Memilih Tidak Benar !!!

Jayapura (09/07) - Saat rehat sejenak setelah memilih Presiden pilihan saya, tak sengaja melihat berita tulisan berjalan di Metro TV siang. Dalam berita tertulis kurang lebih, ada sembilan distrik di wilayah Paniai-Papua tidak mencoblos karena dihadang oleh sebagian gerombolan.

Saat melihat berita dalam Metro TV siang tersebut, saya cukup kaget walau sejenak kemudian saya berfikir bahwa memang mungkin saja hal tersebut terjadi. Sudah bukan rahasia, di Papua memang ada isu-isu bahwa ada sekelompok kecil warga Papua yang tidak sejalan dalam pemikiran dengan pemerintahan dan warga Papua secara umum. Dalam isu-isu yang tersebar, mereka berencana melakukan kegiatan-kegiatan untuk memboikot terselenggaranya Pemilihan Presiden (Pilpres) tanggal 09 Juli 2014 sekarang ini.

Terkait berita Metro TV siang bahwa ada sembilan distrik di wilayah Paniai yang tidak melaksanakan pencoblosan dikarenakan adanya penghadangan dari gerombolan, iseng-iseng karena penasaran, saya mencoba menyelidiki kebenaran hal tersebut. Beruntungnya, saya mempunyai beberapa teman di beberapa daerah di wilayah Paniai sana. Tak menunggu waktu, saya langsung layangkan saja pesan singkat kepada 3 teman yang ada di 3 distrik yang berbeda di sana. Tak panjang-panjang, setelah saya sapa dengan menanya kabar, saya langsung to the point menanyakan apakah teman saya disana sudah memilih atau belum. Berikut pesan singkat yang saya kirim, “Siang kawan, apa kabar ? Gimana nih, su milih kah belum ?”. Begitulah pesan singkat yang saya kirim. Oh ya, perlu disampaikan, untuk kata “su” dalam pesan singkat saya tersebut maksunya “sudah” yang disingkat jadi “su” sebagai bahasa kebiasaan di Papua.

Tak lama kemudian, satu persatu teman saya memberika balasan. Berikut beberapa jawaban teman saya. Teman pertama menjawab singkat, “Baik,..gimana kabarmu ? Sa su milih toh...”. Selanjutnya teman kedua, entah mungkin sedang sibuk atau apa, dia jawab singkat saja, “Baik,..sa su milih”. Terakhir, teman saya yang ketiga dia menjawab, “sa baik-baik saja kawan, sa baru saja milih nih. Sapa yang ko pilih pilih kah ?”

Agar tidak bertele-tele, saya tidak akan menuliskan kelanjutan perbincangan saya dengan ketiga teman saya di Paniai sana. Yang terpenting, pada intinya tanpa memberikan analisa sayapun, para pembaca sudah dapat menyimpulkan sendiri menegenai kebenaran berita dalam Metro TV siang tersebut. Walaupun teman saya hanya ada di tiga distrik saja di wilayah Paniai, hal tersebut sudah cukup menepis berita bahwa ada 9 distrik di Paniai yang tidak mencoblos karena dihadang gerombolan. Terlebih dari itu, kalaupun memang benar berita tersebut, sudah tentu beritanya tidak akan hanya berupa tulisan berjalan yang hanya muncul dalam satu media saja. Bila berita tersebut benar, sudah tentu bak kilat berita tersebut akan cepat tersebar di media-media Televisi lainnya, terutama di twitter dan di facebook.


Dengan demikian, berita yang terlihat di Metro TV siang ternyata tidak benar. Puji Tuhan, Proses pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di wilayah Papua sejauh ini berjalan dengan lancar dan aman. (Albert/Mahasiswa Uncen)

Hari Demokrasi Telah Tiba

Tak terasa, 09 Juli 2014 hari yang ditunggu-tunggu kita semua untuk turut serta menentukan siapa calon pemimpin kita ke depan, kini telah tiba saatnya. Hari ini, seluruh warga masyarakat bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke, dari rakyat kecil hingga Presiden, turun tangan bersama-sama mensukseskan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2014-2019.

Siapa pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih ? No.1 atau No.2 ? Silahkan bagi kita yang mempunyai hak pilih untuk menentukan pilihan masing-masing dan tidak menyia-nyiakannya. Hasilnya, nanti kita lihat bersama-sama dalam hasil perhitungan. Yang terpenting, siapapun Presiden yang akan terpilih nantinya, kita masih tetap sama-sama warga Indonesia, masih sama-sama diperlukan oleh Negara dan Presiden kita nantinya untuk sama-sama membangun bangsa Indonesia yang kita cintai ini agar semakin makmur dan sejahtera.

Tidak ada pemimpin tanpa yang dipimpin, tidak ada yang dipimpin tanpa pemimpin. Indonesia akan makmur bila pemimpin dan yang dipimpin mampu berkerja sama. Pemimpin harus mampu melaksanakan amanatnya mengemban aspirasi rakyat, begitupun dengan rakyat harus setia dan percaya terhadap apa-apa yang menjadi kebijakan pemimpin. Indonesia akan menjadi hebat dengan presiden dan rakyat yang hebat.

Memaknai apa yang kita laksanakan hari ini, bukanlah dengan harus terpilihnya calon Presiden pilihan kita. Kita hidup dalam bangsa yang majemuk, berjuta-juta rakyat mempunyai hak pilih yang sama dengan kita. Apabila yang terpilih nantinya sesuai dengan pilihan kita, kita berdo’a dan mendukungnya bersama-sama semoga beliau benar-benar menjadi pilihan yang terbaik. Namun apabila yang yang terpilih nantinya tidak sesuai dengan pilihan kita, kita juga tetap berdo’a dan mendukungnya bersama-sama semoga beliau menjadi pilihan yang terbaik. Jadi, siapapun yang terpilih nantinya, tentu pada akhirnya Beliaulah pilihan kita pada akhirnya. Beliaulah yang akan membawa aspirasi kita semua dalam program 5 tahun ke depan.


Selamat memilih bagi yang mempunyai hak pilih. Kita tunggu bersama-sama hasilnya. (Baim).

Kamis, 03 Juli 2014

Yoetefa-Papua Dilanda Kriminal, 2 Anggota Polisi Menjadi Korban

Jayapura (2/7) – Papua kembali dilanda kriminal, 2 anggota polisi atas nama Brigpol Hasriadi dan Brigpol Syamsul Huda menjadi korban sekelompok orang tak dikenal di area pasar Yoetefa – Abepura.

Secara kronologis, kejadian bermula sekitar pukul sembilan pagi saat kedua anggota polisi tersebut melaksanakan patroli bermotor di area Tanah Hitam - Pasar Youtefa. Mereka mendapat laporan dari warga pasar mengenai kegiatan perjudian dadu sekelompok orang yang belum lama hadir, yang berjumlah lebih dari 100 orang. Para warga melaporkan bahwa para pelaku dan kegiatan perjudian tersebut sungguh membuat mereka resah. Selain itu, mereka juga melaporkan bahwa para pelaku perjudian tersebut juga menyebarkan selebaran yang berisi seruan untuk memboikot kegiata Pemilihan Presiden (Pilpres) pada tanggal 09 Juli mendatang.

Berdasarkan laporan tersebut, sekitar pukul 15.30 kedua anggota polisi tersebut berinisiatif mendatangi lokasi. Mereka berangkat menggunakan sebuah kendaraan roda dua secara berboncengan.

Saat mereka tiba di lokasi, respon para pelaku perjudian yang seharusnya menghormati kedua polisi yang sedang melaksanakan tugasnya, sungguh di luar dugaan. Sebagian dari mereka melarikan diri, namun sebagian lainnya malah melakukan perlawanan. Dalam waktu yang singkat, sungguh naas kedua polisi tersebut telah dianiaya dan ditikam dengan senjata tajam. Tidak cukup hanya itu, mereka merampas 1 pucuk senjata SS1 milik kedua polisi tersebut dan melarikan diri ke arah perbatasan RI-PNG.

Mendengar kejadian tersebut, pihak Polisi dibantu anggota TNI wilayah setempat melakukan pengejaran terhadap para pelaku. Sementara kedua polisi yang yang menjadi korban dan dalam keadaan terluka parah segera dilarikan menuju Rs. Bhayangkara. Dalam perjalanan, Brigpol Hasriadi kehabisan darah dan tak mampu menahan nafas terakhirnya, sedangkan Brigpol Syamsul Huda dalam keadaan semakin kritis.


Kejadian ini sungguh sangat-sangat disayangkan, terutama dalam momen bulan suci ramadhan ini.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Blogger Themes | LunarPages Coupon Code