Papuacenter – Hari ini telah dirilis serta tayang Film produksi orang asli Papua, Bonven Digul dimana Film ini diambil dari kisah nyata seorang dokter yang memiliki pesan penting. Angka kematian ibu dan bayi di Papua sangat tinggi. Pesan ini, kendati telah menjadi rahasia umum , tetapi masih menjadi momok yang menakutkan.
Diambil dari Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua 2015, kematian bayi di sembilan Kabupaten Papua masih tinggu, yakni 20 kematian per 1.000 kelahiran bayi.
“Kematian ibu dan anak di Papua sangat tinggi, karena HIV, TBC. Tertinggi di Indonesia,” ujar produser Boven Digul, John Manangsang, di Jakarta kepada tim Redkasi PNID, Senin (6/2).
Setiap tahun ada sekitar 50 orang ibu hamil di Papua. Tetapi pertumbuhan orang asli Papua tetap tidak meningkat, bahkan semakin menurun.
“Pertumbuhan penduduk asli Papua itu sangat sedikit. Satu ibu Papua hamil, itu harus menjadi perhatian kita. Kalau tidak, kita akan kehilangan dia”, jelasnya.
Pesan Kedua yang ingin disampaikan oleh Film ini ialah pembangunan. Meski pemerintah sudah mulai melakukan pembangunan di Papua, tetapi wilayah ini masih tertinggal.
“Kami ingin mendorong pembangunan secepatnya di Papua, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang. Kami berharap, film ini menjadi medianya,” tambahnya.
Ketiga, kurangnya tenaga medis. Pada tahun 1990, Saat cerita film Boven Digul dibuat, rumah sakit dan dokter masih sangat sedikit, bisa dihitung jari.
Baca juga : 42 Ribu Warga Nabire Belum Melakukan Perekaman E-KTP
Tetapi, setelah 25 tahun berlalu, mulai tampak perubahannya. Puskesmas dan dokter sudah mulai banyak. Namun, tetap sangat kurang, apalagi tanpa fasilitas.
“Papua itu ibarat gadis cantik yang terus menangis, tapi belum ada yang melirik. Semoga film ini bisa membuat semua pihak menengok Papua,” pungkasnya,” (Adr)
Diambil dari Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua 2015, kematian bayi di sembilan Kabupaten Papua masih tinggu, yakni 20 kematian per 1.000 kelahiran bayi.
“Kematian ibu dan anak di Papua sangat tinggi, karena HIV, TBC. Tertinggi di Indonesia,” ujar produser Boven Digul, John Manangsang, di Jakarta kepada tim Redkasi PNID, Senin (6/2).
Setiap tahun ada sekitar 50 orang ibu hamil di Papua. Tetapi pertumbuhan orang asli Papua tetap tidak meningkat, bahkan semakin menurun.
“Pertumbuhan penduduk asli Papua itu sangat sedikit. Satu ibu Papua hamil, itu harus menjadi perhatian kita. Kalau tidak, kita akan kehilangan dia”, jelasnya.
Pesan Kedua yang ingin disampaikan oleh Film ini ialah pembangunan. Meski pemerintah sudah mulai melakukan pembangunan di Papua, tetapi wilayah ini masih tertinggal.
“Kami ingin mendorong pembangunan secepatnya di Papua, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang. Kami berharap, film ini menjadi medianya,” tambahnya.
Ketiga, kurangnya tenaga medis. Pada tahun 1990, Saat cerita film Boven Digul dibuat, rumah sakit dan dokter masih sangat sedikit, bisa dihitung jari.
Baca juga : 42 Ribu Warga Nabire Belum Melakukan Perekaman E-KTP
Tetapi, setelah 25 tahun berlalu, mulai tampak perubahannya. Puskesmas dan dokter sudah mulai banyak. Namun, tetap sangat kurang, apalagi tanpa fasilitas.
“Papua itu ibarat gadis cantik yang terus menangis, tapi belum ada yang melirik. Semoga film ini bisa membuat semua pihak menengok Papua,” pungkasnya,” (Adr)
0 komentar:
Posting Komentar