Papuacenter – Hutan yang lebat, gunung yang tinggi, merupakan ciri khas di beberapa wilayah Papua yang tak mudah untuk memasukinya. Selain kondisi geografisnya yang sulit dijangkau untuk masuk ke kawasan baru, lokasi tambang emas dan pembukaan daerah baru juga harus seizin pemilik hak ulayat tanah ataupun penunggu gaib di tempat tersebut.
Dilihat dari daerah Skamto yang berada di Kabupaten Keerm, misalnya, jika ingin memasuki daerah baru di lokasi itu, proses adat setempat harus dihormati.
Biasanya, tamu yang akan masuk ke lokasi baru itu harus membawa tembakau, pinang, kapur dan sirih sebagai alat persembahan kepada pemilik tanah dan penunggu gaib di lokasi itu.
Seorang Ondoafi Kabupaten Keerom, Herman Yoku menuturkan bahwa memasuki darah baru terdapat adat yang perlu dilakukan.
“Ya, seperti persembahan atau sesajen. Nanti, sesajen itu kita serahkan ke pemilik tanah dan sang pemilik tanah akan berdoa dan mengucapkan mantra-mantra, sebelum kita diperkenalkan masuk dan membuka daerah baru, termasuk masuk ke lokasi tambang emas,” jelasnya.
Bukan hanya itu, pemberian sesajen juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti pemotongan kepala sapi, kambing atau babi yang ditanam di daerah itudan darahnya disemprotkan pada alat berat.
Ini merupakan cara unik, dimana pemotongan kepala hewan itu biasanya ditanam bersama dengan uang sebesar Rp. 1.000,- koin yang besar berjumlah sebanyak lima buah.
“Ada juga bentuk sesajen berupa ayam putih, baik jantan atau betina. Ayamnya harus putih dan memiliki kaki berwarna kuning. Ayam itu juga biasanya dipotong di lokasi tambang atau pembukaan lahan. Darah dari hewan persembahan itu juga mengelilingi pekerja yang akan berada di lokasi tambang,” tambahnya.
Persembahan itu ditujukan kepada leluhur atau penunggu gaib di daerah tersebut, diharapkan agar keselamatan dan kesehatan akan terus berpihak kepada para pekerja. Begitu juga dengan kemakmuran dan hasil tambang yang terus melimpah di daerah itu.
Herman juga mengatakan para pekerja itu mau ke arah gunung satu ke gunung lainnya atau melakukan pekerjaan, pasti tidak akan diganggu karena sudah meminta izin kepada pemilik tanah dan penunggu alam di daerah itu.
Dilihat dari daerah Skamto yang berada di Kabupaten Keerm, misalnya, jika ingin memasuki daerah baru di lokasi itu, proses adat setempat harus dihormati.
Biasanya, tamu yang akan masuk ke lokasi baru itu harus membawa tembakau, pinang, kapur dan sirih sebagai alat persembahan kepada pemilik tanah dan penunggu gaib di lokasi itu.
Seorang Ondoafi Kabupaten Keerom, Herman Yoku menuturkan bahwa memasuki darah baru terdapat adat yang perlu dilakukan.
“Ya, seperti persembahan atau sesajen. Nanti, sesajen itu kita serahkan ke pemilik tanah dan sang pemilik tanah akan berdoa dan mengucapkan mantra-mantra, sebelum kita diperkenalkan masuk dan membuka daerah baru, termasuk masuk ke lokasi tambang emas,” jelasnya.
Bukan hanya itu, pemberian sesajen juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti pemotongan kepala sapi, kambing atau babi yang ditanam di daerah itudan darahnya disemprotkan pada alat berat.
Ini merupakan cara unik, dimana pemotongan kepala hewan itu biasanya ditanam bersama dengan uang sebesar Rp. 1.000,- koin yang besar berjumlah sebanyak lima buah.
“Ada juga bentuk sesajen berupa ayam putih, baik jantan atau betina. Ayamnya harus putih dan memiliki kaki berwarna kuning. Ayam itu juga biasanya dipotong di lokasi tambang atau pembukaan lahan. Darah dari hewan persembahan itu juga mengelilingi pekerja yang akan berada di lokasi tambang,” tambahnya.
Persembahan itu ditujukan kepada leluhur atau penunggu gaib di daerah tersebut, diharapkan agar keselamatan dan kesehatan akan terus berpihak kepada para pekerja. Begitu juga dengan kemakmuran dan hasil tambang yang terus melimpah di daerah itu.
Herman juga mengatakan para pekerja itu mau ke arah gunung satu ke gunung lainnya atau melakukan pekerjaan, pasti tidak akan diganggu karena sudah meminta izin kepada pemilik tanah dan penunggu alam di daerah itu.
0 komentar:
Posting Komentar